Friday 6 March 2015

SEJARAH ILMU HISAB


ILMU FALAK DAN ILMU HISAB

Ilmu hisab atau falak, merupakan ilmu yang sudah tua, yang dikenal oleh manusia, bangsa-bangsa mesir, mesopotamia, babilonia dan tiongkok, sejab abad ke-20 sebelum masehi telah mengenal dan mempelajari ilmu falak ini. yang dikenal dengan ilmu perbintangan. Menurut suatu riwayat, pembagian sepeken (seminggu) atas tujuh hari, adanya sejak lebih dari 5000 tahun yang lalu

Pada bagian awal sejarahnya, astronomi hanya pengamatan dan ramalan gerakan benda di langit yang bisa dilihat dengan mata telanjang. Kemudian sekitar abad ke-12 SM, di negeri Tiongkok, ilmu falak telah banyak mengalami kemajuan-kemajuan. mereka telah mampu menghitung kapan akan terjadinya gerhana, serta menghitung peredaan bintang-bintang.


Sekitar abad ke-4 SM, di negeri Yunani yang berada di zaman keemasannya ilmu pengetahuan, ilmu falak telah mendapat kedudukan yang sangat penting dan luas.

Pada abab ke-2 Masehi, seorang ahli bintang di Iskandaria (mesir) keturunan Yunani, yang bernama Claudius Ptolomeaus (90-168 M.) telah berhasil menghimpun pengetahuan tentang bintang-bintang dalam suatu naskah yang disebut Tabril Magesthi. Naskah ini kemudian tersebar keseluruh dunia dan dijadikan dasar sebagai pedoman ilmu perbintangan selanjutnya. Ptolomeaus berpendapat, bahwa bumi tidak bergerak dan bumi dikelilingi oleh bulan, matahari dan planet-planet lainnya. Kemudian, sekitar tahun 325 Masehi, naskah itu diperluas oleh Theodoseus Keizer di Roma dan pada abad ke-9, naskah itu telah disalin orang ke dalam bahasa arab.

Umat Islam pertama kali terlibat secara aktif dibidang ilmu falak pada zaman Khalifah Umaiyah. Tokoh ilmu falak yang terkenal ialah Khalid bin Yazid Al-Amawi (meninggal 85H/704 M). Beliau dikenal dengan nama Hakim Ali Marwan.

Di zaman Abbasiah, Khalifah Abu Jaffar Al-Mansor (754-775) adalah khalifah yang pertama memberi perhatian kepada kajian ilmu falak. Baginda mengeluarkan banyak belanja untuk penyelidikan dalam bidang ilmu falak, mendirikan sekolah astronomi di kota Baghdad. Khalifah sendiri termasuk, termasuk salah seorang ahli astronomi. Di bawah pemerintahan pengganti-penggantinya, Harun Al Rasyid dan Al Ma’mun sekolah itu menghasilkan karya-karya penting, teori-teori kuno diperbaharui, beberapa kesalahan Ptolomeus diperbaiki. Hasil observasi yang dilakukan oleh sekolah di Baghdad telah dicatat dalam tabel yang diperiksa dengan teliti.

Pada saat itu, kitab kitab astronomi dari Yunani banyak diterjemahkan kedalam bahasa Arab dan ditindaklanjuti dengan penelitian-penelitian yang akhirnya menghasilkan teori-teori baru. Dari sini muncul tokoh hisab di kalangan umat Islam yang sangat berpengaruh, yaitu Al-Khwarizmi dengan Kitab al-Mukhtashar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah. Buku ini sangat mempengaruhi pemikiran cendekiawan–cendekiawan Eropa dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Robert Chester pada tahun 535 H/ 1140 M dengan judul Liber algebras et almucabala, dan pada tahun 1247 H/ 1831 M diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Frederic Rosen.

Perkembangan kajian ilmu falak berkembang pada zaman khalifah Al-Mansor. Usaha menterjemahkan buku Sdihanta dari bahasa Sanskrit ke Bahasa Arab dilakukan oleh Mohammad Al-Fazari yang kemudian ia diberi judul “Al-Sindhindin Al-Kabir”. Buku ini menjadi panduan utama kepada orang-orang arab dalam mengkaji ilmu falak hingga ke zaman Al-Makmun.

Mohammad Al-Fazari merupakan orang Islam yang pertama mencipta Astrolabe (jam matahari untuk mengukur tinggi dan jarak bintang). Buku ini telah disalin ke bahasa Latin pada abad pertengahan oleh Johannes de Luna Hispakusis. Buku terjemahan ini telah digunakan oleh universitas-universitas Eropa untuk mengejar Ilmu Bintang. Dari sinilah orang-orang Barat pertama kali mengetahui benda-benda di cakrawala.

Tokoh-tokoh Ilmu Falak Islam di zaman Abbasiah lainnya ialah Abu Sahl bin Naubakh, Ali bin Isa, Thabit bin Qurrah, Al-Battani. Di zaman Al-Makmun juga telah didirikan sebuah observatorium yang digunakan untuk mengukur daya cahaya matahari. Di zamannya juga ahli falak berjaya mengukur lingkaran bumi di sebuah observatorium yang didirikan di Bukit Gaisun di Damsyek. Di zamannya juga observatorium juga didirikan di Bukit Qaisun. Di Damsyik. Di zamannya juga telah diterjemahkan Alomagest karangan mengenai Ptolemeus ke bahasa Arab. Ahli falak Islam juga telah mengamati equinox, gerhana, bintang berekor (komet) dan lain-lain

Di samping itu Al-Battani (wafat kira-kira 930 M / 317H) telah melakukan penyelidikan tentang perbintangan sejak tahun 877 hingga 918M dan bukunya yang telah disalin ke bahasa Latin disusun semula dalam bahasa Arab oleh Nallino (tahun 1903M). Al-Battani telah membagi sehari menjadi 12 jam yang digunakan sekarang oleh tukang-tukang jam di Eropa. Beliau juga telah berjaya mengkalkulasi setahun sama dengan 356 hari, 5 jam 46 saat dan 24 detik.

Al-Battani menduduki tempat tertinggi di kalangan Ahli Bintang dan dikatakan peranannya di kalangan umat Islam sama dengan peranan Ptolemeus di kalangan orang-orang Yahudi. Di zaman-zaman seterusnya lahir tokoh-tokoh Islam yang meneruskan kajian-kajian yang dilakukan oleh al-Battani dan tokoh-tokoh lain dan telah menghasilkan berbagai penemeuan dalam bidang Ilmu Falak.

Tokoh-tokoh lain yang ikut membangun dan mengembangkan ilmu hisab, diantaranya:


  1. Abu Ma'syar al-Falaky (272 H/ 885 M) menulis kitab yang berjudul Haiatul Falak.
  2. Abu Raihan al-Biruni (363-440 H/973-1048 M) yang hidup di zaman Sultan Mahmud al-Ghaznawi dengan kitabnya Qanun al-Mas'udi, al-Athar al-Baqiah yang diterjemah-kan kedalam bahasa Inggris oleh Dr. Sachan
  3. Nasiruddin at-Tusi (598-673 H/1201-1274 M) yang hidup di zaman Hulagu Khan seorang Raja Monggol dengan karya monumentalnya at-Tadzkirah fi 'Ilmi al-Haiah,
  4. Abdurrahman Ibnu Abu Al- Hussin Al Sufi (Ibnu Sufi),
  5. Abu Yousouf Yaqub Ibnu Ishaq al-Kindi (Al Kindi),
  6. Abu Abdullah Mohammad Ibnu As-Syarif Al-Idrisi (Al-Idrisi), 
  7. Mohammad Taraghay ibnu Shah Rukh as-Samarqondi (Ulugh Beg) (797-853 H/1394-1449 M) yang menyusun Zij Sulthani. 
  8. Umar al-Khayyam dan Abdul Rahman al-Hazimi yang hidup di zaman Kerajaan Turki Saljuk.

Karya-karya monumental tersebut sebagian besar masih berupa manuskrip dan kini tersimpan di Ma'had al-Makhtutat al-'Arabiy Kairo-Mesir.

Dari tokoh-tokoh ilmu hisab Islam tersebut, yang termasyhur adalah Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al-Khawarizmi (770-840 M) atau yang dikenal dengan sebutan Al Khawarizmi. Ilmuwan yang berjasa besar dalam memajukan ilmu pengetahuan ini lahir di Khawarizm (Kheva), kota di selatan sungai Oxus (kini Uzbekistan) pada tahun 770 M. Kedua orang tuanya kemudian pindah ke sebuah tempat di selatan kota Baghdad (Irak), ketika ia masih kecil. Al-Khawarizmi hidup di masa kekhalifahan bani Abbasiyah, yakni Al Makmun, yang memerintah pada 813-833 M. Dialah yang memplopori pembuatan Rubu' al-Mujayyab yang dikembangkan oleh Ibnu Shatir dari Syiria (abad ke 11).

Astronom muslim lainnya yang sangat berjasa dalam penemuan rumus Trigonometri adalah Abul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Yahya bin Ismail bin Abbas al-Buzjani. Ia terlahir di Buzjan, Khurasan (Iran). Trigonometri berasal dari kata trigonon = tiga sudut dan metro = mengukur. Ini adalah adalah sebuah cabang matematika yang berhadapan dengan sudut segi tiga dan fungsi trigonomeri seperti sinus, cosinus, dan tangen.

Di antara sederet ulama dan ilmuwan Muslim, hanya 24 tokoh saja yang diabadikan di kawah bulan dan telah mendapat pengakuan dari Organisasi Astronomi Internasional (IAU). Ke-24 tokoh Muslim itu resmi diakui IAU sebagai nama kawah bulan secara bertahap pada abad ke-20 M, antara tahun 1935, 1961, 1970 dan 1976. salah satunya Abul Wafa.

Kebanyakan, ilmuwan Muslim diabadikan di kawah bulan dengan nama panggilan Barat. Abul Wafa adalah salah satu ilmuwan yang diabadikan di kawah bulan dengan nama aslinya.

TOKOH TOKOH HISAB INDONESIA

  1. Dalam perkembangannya ilmu hisab banyak dikuasai oleh para ulama, termasuk ulama–ulama nusantara. Banyak tokoh-tokoh hisab di bumi nusantara ini yang berjasa besar terhadap perkembangan hisab di Indonesia. Diantara tokoh-tokoh tersebut yaitu :
  2. Syeikh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, Ulama kelahiran Agam Sumatera Barat ini berjasa besar mengembangkan hisab di Indonesia di abad 19-20 M. Karya beliau yang masyhur adalah al-Hussab dan Alam al-Hussab serta Raudhatul Hussab fi A'mali Ilmil Hisab. Beliau wafat di Makkah pada tahun 1334 H./1916 M.
  3. KH. Achmad Badawi, Kuaman Yogyakarta, pengarang kitab Djadwal Waktu Sholat se-lama2nja dan kitab Tjara Menghitoeng Hisab Haqiqi Tahoen 1361 H, Hisab Haqiqi, dan Gerhana Bulan.
  4. KH. Manshur bin Abdul Hamid, Ulama hisab kelahiran Jakarta ini bernama lengkap Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Damiri bin Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya ( Mataram, Jawa). Karya beliau yang mashur adalah Sulamun Nayyiraini dan Mizanul ’Itidal. Kedua kitab sampai sekarang banyak dipelajari di dalam pesantren pesantren salaf. Data data didalam kitab tersebut masih menggunakan system Abajadun.
  5. Kyai Abu Hamdan Abdul Jalil al-Kudusi dengan kitabnya yang terkenal Fathur Raufil Mannan.
  6. Syeh Alamuddin Muhammad Yasin al-Padangy dengan karyanya Muhtasarul Muhaddab.
  7. K.H. Zubair Umar Al-Jaelani dari Salatiga dengan kitab Al-Khulashah Al-Wafiyah, Fii Al-Falakiy Bi Jadwaali Al-Lughoritmiyyah.
  8. KH. Ma’shum Ali, Seblak Jombang, Ahli hisab kelahiran Maskumambang Gresik ini bernama lengkap Muhammad Ma’shum bin Ali bin Abdul Jabbar Al-Maskumambangi. Karya beliau dalam ilmu hisab ialah Ad-Durus Al-Falakiyah dan Badi’atul Mitsal. Sampai sekarang kedua kitab ini banyak dipelajari di pesantren-pesantren salaf.
  9. KH. Turaichan Adjhuri Asy-Syarofi, Kudus Jawa Tengah, terkenal dengan Penanggalan Menara Kudusnya.
  10. Saadoe’ddin Djambek, Ahli hisab dari Minangkabau ini terkenal dengan kitabnya yang berjudul 1. Waktu dan Djadwal Penjelasan Populer Mengenai Perjalanan Bumi, Bulan dan Matahari. 2. Almanak Djamiliyah. 3. Perbandingan Tarich. 4. Pedoman Waktu Sholat Sepanjang Masa. 5. Sholat dan Puasa di daerah Kutub. 6. Hisab Awal bulan Qamariyah.
  11. Wardan Diponingrat, K.R.T. Ahli hisab dari Kauman Yogyakarta ini terkenal dengan kitabnya yang berjudul Umdatul Hasib, Persoalan Hisab dan Ru’jat Dalam Menentukan Permulaan Bulan, Hisab dan Falak, dan Hisab Urfi dan Hakiki.
  12. Muhammad Hasan Asy’ari Al-Pasuruani dengan karyanya Muntaha Nataijil Aqwal.
  13. KH. Moh. Kholil Blandongan Gresik dengan karyanya Wasilatut Tullab
  14. KH. Abdul Fattah Kauman Gresik dengan karyanya Mudzakkirotul Hisab
  15. KH. Romli Hasan Kemuteran Gresik dengan karyanya Risalah Falakiyah dan Imla’ Falakiyyah
  16. Ridlwan Sedayu Gresik dengan karyanya Taqribul Maqsud
  17. KH. KH. Noor Ahmad Shadiq bin Saryani al-Jepara Jawa Tengah dengan kitabnya yang masyhur Nurul Anwar.
  18. KH. Zubair Abdul Karim dari Bungah Gresik dengan kitabnya Ittifaqu Dzatil Baini.
  19. KH. Achmad Ghozali, Lanbulan Sampang Madura dengan karang kitabnya : 1. Faidlul Karim, 2. Bughyatur Rofiq, 3. Anfa’ul Wasilah, 4. Irsyadul Murid, 5. Tsamarotul fikar, 6. Taqyidat
  20. Dan lain-lain

KLASIFIKASI HISAB

Secara garis besar perhitungan hisab rukyat awal bulan itu ada dua, yakni hisab Urfi dan Hakiki.

Hisab Urfi berdasarkan pada perhitungan rata-rata dari peredaran Bulan mengelilingi Bumi. Perhitungan hisab Urfi ini bersifat tetap, umur bulan tetap pada setiap bulannya kecuali bulan Dzulhijjah. Bulan yang ganjil; gasal berumur 30 hari sedangkan bulan yang genap berumur 29 hari. Dengan demikian bulan Romadlon sebagai bulan kesembilan (ganjil) dari bulan Hijriyah selamanya akan berumur 30 hari. Sehingga hisab urfi ini tidak dapat digunakan untuk menentukan awal bulan Qomariyah secara syar’i

Dengan kata lain hisab urfi adalah hisab matematik dan bukan hisab astronomik. Termasuk dalam kelompok hisab ini adalah Kalender Jawa Sultan Agung Mataram/kalender Jawa.

Hisab Urfi ini dimulai sejak ditetapkannya oleh Kholifah Umar bin Khottob r.a. pada tahun 17 Hijriyah sebagai acuan untuk menyusun kalender Islam.

Hisab hakiki berdasarkan pada perhitungan peredaran bulan mengelilingi Bumi dan mempertimbangkan posisi bulan/hilal yang sebenarnya terhadap ufuk/horison. Hisab Haqiqi ini terbagi menjadi 3 tingkatan :

1. Hisab Haqiqi Taqribi.

2. Hisab Haqiqi Tahqiqi.

3. Hisab Haqiqi Tadqiqi/kontemporer.


1. HISAB HAQIQI TAQRIBI :

Metode perhitungan posisi Bulan berdasarkan gerak rata-rata Bulan mengelilingi Bumi, sehingga hasilnya merupakan perkiraan atau mendekati kebenaran(aproksi). Hisab ini kebanyakan berdasarkan acuan data Zeij (tabel astronomi) Ulugh Beik (1449 M) yang berdasarkan teori Geosentris (bumi sebagai pusat tata surya). Secara ilmiah teori ini(geocentris) telah gugur setelah Nicolas Copernicus (1473-1543 M) menemukan teori Heliosentris, bahwa Mataharilah pusat tata surya dan bukan Bumi sebagaimana yang diyakini sebelumnya.

Metode ini perhitungannya hanya menggunakan penjumlahan dan pengurangan sederhana dan belum menggunakan rumus segitiga bola (spherical trigonometry). Perhitungan tinggi hilal kedua hisab tersebut hanya berdasarkan saat Maghrib dikurangi saat Ijtimak lalu dibagi dua tanpa mempertimbangkan lintasan bulan dan lintang tempat sehingga ketika posisi bulan jauh dari ekliptika tidak sesuai kenyataan di lapangan saat observasi hilal awal bulan hijriyah.

Termasuk hisab haqiqi taqribi adalah :

  1. Sullam an-Nayyiran karya Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Muhammad Damiri bin Muhammad Habib bin Abdul Muhit bin Tumenggung Tjakra Jaya Al-Batawi.
  2. Fath ar-Rauf al-Mannan  karya Abu Hamdan Abdul Jalil bin Abdul Hamid al-Kudusi.
  3. Al-Qawa’idul Falakiyyah  karya Abdul Fattah at-Thukhi al-Falaky Al-Mishri
  4. Asy-Syamsu wal Qamar bi Husban  karya Anwar Katsir al-Malangi
  5. Tadzkiratul Ikhwan  karya Kyai Dahlan al-Semarangi
  6. Wasilatut Tullab karya karya KH. Kholil Blandongan Gresik
  7. Risalatul Falakiyah  karya Kyai Romli Hasan Kemuteran Gresik
  8. Jadawilul Falakiyyah  KH. Qusyairi al-Pasuani
  9. Risalatul Qamarain  karya Kyai Nawawi Muhammad Yunus al-Kediri
  10. Risalatu Syamsil Hilal KH. Noor Ahmad bin Shadiq bin Saryani al-Jepara
  11. Faidul Karim karya KH. Achmad Ghozali Lanbulan Sampang Madura
  12. Dan lain-lain

2. HISAB HAQIQI TAHQIQI :

Metode perhitungan posisi Bulan berdasarkan gerak bulan yang sebenarnya. Dalam rumus perhitungannya metode ini sudah menggunakan kaedah ilmu ukur segitiga bola atau spherical trigonometry sehingga hasilnya cukup akurat. Metode ini menggunakan tabel-tabel yang sudah dikoreksi dan menggunakan perhitungan yang relatif lebih rumit dari Hisab Tahqiqi Taqribi.

Perhitungan irtifa’ hilal (tinggi hilal), metode ini sudah mempertimbangkan nilai deklinasi bulan, sudut waktu bulan dan lintang tempat dan dikoreksi dengan Parallaks bulan, refraksi, semi diameter bulan.

Adapun kitab-kitab yang termasuk ke dalam kategori Hisab Haqiqi Tahqiqi sebagai berikut:

  1. Al-Mathla’us Sa’id  karya Syekh Husain Zaid Mesir
  2. Al-Manahijul Hamidiyyah  karya Abdul Hamid Mursi Mesir
  3. Al-Khulashatul Wafiyyah karya K.H. Zubair Umar Al-Jaelani Salatiga
  4. Muntaha Nata’ijil Aqwal  karya Muhammad Hasan Asy’ari Al-Pasuruani
  5. Badi’atul Mitsal  karya KH. Ma’shum Ali Seblak Jombang
  6. Hisab Haqiqi  karya Ki Wardan Dipo Ningrat
  7. Menara Kudus karya KH. Turaichan Adjhuri Asy-Syarofi
  8. Ittifaqu Dzatil Bain karya KH. Zubair Abdul Karim Bungah Gresik
  9. Nurul Anwar  karya KH. Noor Ahmad Shadiq bin Saryani al-Jepara
  10. Irsyadul Murid  dan Tsamarotul Fikar  karya KH. Achmad Ghozali Lanbulan Sampang Madura
  11. Dan lain-lain

3. HISAB HAQIQI TADQIQI / KONTENPORER :
Disebut juga dengan hisab asri/kontemporer. Metode perhitungan hisab ini sama dengan hisab Haqiqi Tahqiqi akan tetapi sudah menggunakan data yang up to date sesuai dengan kemajuan sains dan teknologi.

Berbasiskan ilmu astronomi modern dengan koreksi dan data-data empirik yang baru serta delta T (angka ralat) dari hasil penelitian para astronom.

Dalam menghitung irtifa’ hilal, metode ini sudah memasukkan unsur refraksi (pembelokan cahaya karena obyek mendekati ufuk), Aberasi (pembiasan cahaya), Dip (perubahan sudut karena faktor tinggi pengamat), kelembaban udara serta kecepatan angin.

Adapun kitab-kitab /metode yang termasuk ke dalam kategori Hisab Haqiqi Tadqiqi atau kontemporer adalah sebagai berikut:

  1. Astronomical Algorithms, oleh Jean Meeus, Belgia 
  2. Accurate Time karya Moh. Odeh ketua ICOP 
  3. VSOP87
  4. ELP2000
  5. EW Brown
  6. Almanak Nautika
  7. Staryy Night
  8. Ascript 
  9. Astro Info
  10. Ephemeris Hisab Rukyah, oleh Depag RI
  11. Hisab Awal Bulan, oleh Sa’adoeddin Djambek, Jakarta
  12. New Comb, oleh LAMY, Yogyakarta
  13. Irsyadul Murid karya KH. Achmad Ghozali Lanbulan Sampang Madura
  14. Al-Falakiyah karya Sriyatin Shadiq
  15. Dan lain-lain

No comments:

Post a Comment

Buat Email | Copyright of "EMPERAN MASJID" TEMPAT KONGKOW NYA ANAK MASJID.
Adsense Indonesia
Adsense Indonesia
Adsense Indonesia
Adsense Indonesia